Dalam pembahasan kali ini, akan dikaji tentang bagaimana pandanga Islam tentang cara melestarikan alam. Simak ulasannya baik-baik.ظهرالفساد فى البروالبحر بما كسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke-jalan yang lurus).“ (Ar-Rum: 41)Kosa kata penting ayat tersebut yang berkaitan dengan konteks agama tentang cara melestarikan alam yaitu dengan memelihara lingkungan adalah al-fasad (kerusakan). Salah satu kerusakan yang ada di dunia ini, disebabkan atau akibat dari ulah tangan-tangan manusia. Sedangkan tugas manusia, perlunya melakukan nadzor (melihat), membahas, menelaah, dan menalar.Mengapa kerusakan dapat terjadi? Sedangkan Allah menciptakan alam ini untuk kepentingan manusia, hubungan manusia dengan alam adalah hubungan sebagai pemelihara yang saling membutuhkan satu sama lain. Ketika manusia bergaul dengan alam dan memperlakukannya dengan baik, berupa memelihara dan memakmurkan alam ini, maka ada timbal balik yang diperoleh, yaitu alam juga akan berkhidmah pada manusia. Bukankah melalui penciptaan alam ini manusia diamanahi untuk menjadi khalifah, mengatur, memelihara, memakmurkan, dan mengksplorasinya.Manfaat Melestarikan AlamSungguh sangat banyak manfaat yang dapat diambil oleh manusia, sesuai dengan kepentingannya. Tidak ada sesuatu apa pun yang diciptakan oleh Allah secara sia-sia, kecuali manusia dapat memanfaatkannya. Sungguh manusia yang tidak beradab jika yang telah disiapkan kepada dirinya dirusaknya. Oleh karena itu, lingkungan yang merupakan alam tempat manusia hidup harus dijaga kelestariannya. Pemeliharaan lingkungan nyatanya bukan hanya kepentingan manusia itu sendiri, tetapi juga memelihara semua mahluk yang lain. Baik mahluk hidup yang bernyawa maupun mahluk hidup yang tidak bernyawa.Namun, akhir-akhir ini sering kita jumpai munculnya bencana alam; seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran, pembalakkan (penebangan) hutan, longsor, cuaca yang tidak menentu dan bencana-bencana lainnya. Secara umum, terjadinya degradasi lingkungna hidup ada dua penyebab, yaitu penyebab yang bersifat langsung dan tidak langsung.Akibat Alam Tidak DirawatPenyebab yang tidak langsung kenyataannya merupakan penyebab yang sangat dominan terhadap kerusakan lingkungan. Artinya, rusaknya ekosistem. Dalam hal ini manusia tidak memiliki peran. Misalnya; gunung meletus, gempa bumi, tsunami dan lain-lain. Sedangkan yang besifat langsung terbatas oleh manusia yang mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan karena desakan kebutuhan, keserakahan, pemborosan atau kurangnya kesadaran menjaga lingkungan. Misalnya; menebang hutan secara ilegal, membuang sampah sembarangan, membendung aliran sungai sehingga menciut, pembuangan limbah industri, dan lain-lain.Secara eksplisit (akurat) telah disebutkan dalam Al-Qur’an pada kalimat بما كسبت ايدى الناس dalam redaksi tersebut para ahli tafsir bukan menunjukan perilaku manusia secara langsung atau tidak langsung dalam konteks kerusakan alam, seperti penebangan pohon secara illegal, membuang sampah sembarangan, tetapi mengacu kepada non fisik. Seperti kemusyrikan, kefasikan, kemunafikan, dan segala bentuk kemaksiatan yang lainnya. Artinya, penyimpangan akidah dan perilaku kemaksiatan itulah yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan.KesimpulanDapat disimpulkan penyebab terjadinya bencana pada hakikatnya adalah akibat dari rusaknya mentalis atau moralitas manusia. Kerusakan mental inilah yang mendorong seseorang melakuan perilaku-perilaku yang destruktif (menyimpang). Baik yang terkait langsung denga kerusakan alam semisal; mendirikan bangunan di tempat-tempat penyerapan air, membendung saluran air sungai sehingga menyempit dan selainnya. Maupun secara tidak langsung semacam; korupsi, suap, kerakusan, keserakahan, kejahatan ekonomi, dan lain-lain.Manusia memang diberi kebebasan untuk mengeksplorasi alam demi memenuhi kebutuhannya. Namun yang perlu disadari oleh manusia justru bagaimana “bersahabat dengan alam” baik secara langsung dengan gambaran peduli dan berkelanjutan menjaga lingkungan, maupun yang tidak langsung semisal; mengembangkan kebajikan kepada semua orang, berlaku adil, jujur, berani berkorban, peduli sesama mahluk dan sebagainya.Dengan demikian, kebedaan manusia sebagai khalifah-Nya, harus dibarengi dengan kesadaran bahwa dirinya merupakan satu kesatuan dari makrokosmos (alam semesta). Di samping itu juga dimaksudkan untuk mencari solusi penanganan bencana seperti; gerakan penghijauan, membuang sampah pada tempatnya, memfungsikan kembali serapan-serapan air, membangun pemukiman kembali pasca bencana, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan cara melestarikan alam, maka alam akan merawat kita.Jangan lupa untuk dukung youtube dan media sosial Pondok Darul Ulum, agar semakin berkembang dan maju. Dalam pembahasan kali ini, akan dikaji tentang