2024-02-04 06:14:47
Dalam pembahasan kali ini, akan dikaji tentang bagaimana pandanga Islam tentang cara melestarikan alam. Simak ulasannya baik-baik.ظهرالفساد فى البروالبحر بما كسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke-jalan yang lurus).“ (Ar-Rum: 41)Kosa kata penting ayat tersebut yang berkaitan dengan konteks agama tentang cara melestarikan alam yaitu dengan memelihara lingkungan adalah al-fasad (kerusakan). Salah satu kerusakan yang ada di dunia ini, disebabkan atau akibat dari ulah tangan-tangan manusia. Sedangkan tugas manusia, perlunya melakukan nadzor (melihat), membahas, menelaah, dan menalar.Mengapa kerusakan dapat terjadi? Sedangkan Allah menciptakan alam ini untuk kepentingan manusia, hubungan manusia dengan alam adalah hubungan sebagai pemelihara yang saling membutuhkan satu sama lain. Ketika manusia bergaul dengan alam dan memperlakukannya dengan baik, berupa memelihara dan memakmurkan alam ini, maka ada timbal balik yang diperoleh, yaitu alam juga akan berkhidmah pada manusia. Bukankah melalui penciptaan alam ini manusia diamanahi untuk menjadi khalifah, mengatur, memelihara, memakmurkan, dan mengksplorasinya.Manfaat Melestarikan AlamSungguh sangat banyak manfaat yang dapat diambil oleh manusia, sesuai dengan kepentingannya. Tidak ada sesuatu apa pun yang diciptakan oleh Allah secara sia-sia, kecuali manusia dapat memanfaatkannya. Sungguh manusia yang tidak beradab jika yang telah disiapkan kepada dirinya dirusaknya. Oleh karena itu, lingkungan yang merupakan alam tempat manusia hidup harus dijaga kelestariannya. Pemeliharaan lingkungan nyatanya bukan hanya kepentingan manusia itu sendiri, tetapi juga memelihara semua mahluk yang lain. Baik mahluk hidup yang bernyawa maupun mahluk hidup yang tidak bernyawa.Namun, akhir-akhir ini sering kita jumpai munculnya bencana alam; seperti gunung meletus, gempa bumi, tsunami, banjir, kebakaran, pembalakkan (penebangan) hutan, longsor, cuaca yang tidak menentu dan bencana-bencana lainnya. Secara umum, terjadinya degradasi lingkungna hidup ada dua penyebab, yaitu penyebab yang bersifat langsung dan tidak langsung.Akibat Alam Tidak DirawatPenyebab yang tidak langsung kenyataannya merupakan penyebab yang sangat dominan terhadap kerusakan lingkungan. Artinya, rusaknya ekosistem. Dalam hal ini manusia tidak memiliki peran. Misalnya; gunung meletus, gempa bumi, tsunami dan lain-lain. Sedangkan yang besifat langsung terbatas oleh manusia yang mengeksploitasi lingkungan secara berlebihan karena desakan kebutuhan, keserakahan, pemborosan atau kurangnya kesadaran menjaga lingkungan. Misalnya; menebang hutan secara ilegal, membuang sampah sembarangan, membendung aliran sungai sehingga menciut, pembuangan limbah industri, dan lain-lain.Secara eksplisit (akurat) telah disebutkan dalam Al-Qur’an pada kalimat بما كسبت ايدى الناس dalam redaksi tersebut para ahli tafsir bukan menunjukan perilaku manusia secara langsung atau tidak langsung dalam konteks kerusakan alam, seperti penebangan pohon secara illegal, membuang sampah sembarangan, tetapi mengacu kepada non fisik. Seperti kemusyrikan, kefasikan, kemunafikan, dan segala bentuk kemaksiatan yang lainnya. Artinya, penyimpangan akidah dan perilaku kemaksiatan itulah yang menjadi penyebab terjadinya kerusakan lingkungan.KesimpulanDapat disimpulkan penyebab terjadinya bencana pada hakikatnya adalah akibat dari rusaknya mentalis atau moralitas manusia. Kerusakan mental inilah yang mendorong seseorang melakuan perilaku-perilaku yang destruktif (menyimpang). Baik yang terkait langsung denga kerusakan alam semisal; mendirikan bangunan di tempat-tempat penyerapan air, membendung saluran air sungai sehingga menyempit dan selainnya. Maupun secara tidak langsung semacam; korupsi, suap, kerakusan, keserakahan, kejahatan ekonomi, dan lain-lain.Manusia memang diberi kebebasan untuk mengeksplorasi alam demi memenuhi kebutuhannya. Namun yang perlu disadari oleh manusia justru bagaimana “bersahabat dengan alam” baik secara langsung dengan gambaran peduli dan berkelanjutan menjaga lingkungan, maupun yang tidak langsung semisal; mengembangkan kebajikan kepada semua orang, berlaku adil, jujur, berani berkorban, peduli sesama mahluk dan sebagainya.Dengan demikian, kebedaan manusia sebagai khalifah-Nya, harus dibarengi dengan kesadaran bahwa dirinya merupakan satu kesatuan dari makrokosmos (alam semesta). Di samping itu juga dimaksudkan untuk mencari solusi penanganan bencana seperti; gerakan penghijauan, membuang sampah pada tempatnya, memfungsikan kembali serapan-serapan air, membangun pemukiman kembali pasca bencana, dan masih banyak lagi yang lainnya. Dengan cara melestarikan alam, maka alam akan merawat kita.Jangan lupa untuk dukung youtube dan media sosial Pondok Darul Ulum, agar semakin berkembang dan maju. Dalam pembahasan kali ini, akan dikaji tentang
2023-09-16 22:28:18
Berkembangnya Islam di Indonesia tak bisa dipisahkan dengan keberadaan pondok pesantren. Lembaga pendidikan Islam Nusantara ini terus berkembang dengan aneka "varian", ada yang tradisional, ada yang modern, ada pula yang memadukan keduanya, namun tetap tidak meninggalkan akarnya, yakni menekankan pendidikan agama dan akhlakul karimah.Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan khas Nusantara, bisa dilihat dari nama-nama pondok pesantren legendaris yang rata-rata tak menggunakan bahasa asing. Sebut saja Pondok Pesantren Tegal rejo, Lirboyo, Tremas, Tebuireng, Sidogiri, Buntet, Genggong, atau Langitan. Ada yang namanya menggunakan bahasa asing (Arab) tapi tetap penyebutannya di mata masyarakat kental Nusantara misalnya Pondok Pesantren Sarang, Pesantren Ploso, Pesantren Asembagus atau Pesantren Denanyar. Bukan berarti ulama Nusantara alergi dengan nama berbahasa Arab. Rata-rata nama pondok pesantren Nusantara menggunakan bahasa Arab, namun ada ciri khas, yakni kalimatnya selalu mengandung hikmah, misalnya Darul Ulum, Nurul Jadid, Miftahul Ulum, Mamba'ul 'Ulum, Darussalam atau Riyadlus Shalihin, jarang menggunakan nama-nama yang "berat". Kalaupun pesantren menggunakan nama seseorang, umumnya lebih memilih menisbatkan pada sosok Walisongo atau ulama lokal karena dirasa lebih membumi.Jati diri pondok pesantren adalah inklusif, terbuka terhadap modernitas dan ramah terhadap tradisi lokal, keberadaannya berbaur dengan masyarakat sekitar, dan selalu membuka komunikasi dengan pemerintah atau Umara'. Selain sebagai lembaga pendidikan, pondok pesantren juga berperan sebagai lembaga sosial. Banyak pondok pesantren yang bergerak di bidang sosial mangasuh anak-anak yatim dan menyantuni kaum lemah. Perkembangan terkini pondok pesantren mulai banyak yang terlibat menggerakkan ekonomi umat, contohnya Pondok Pesantren Sidogiri Pasuruan dengan Koperasi Pesantren, juga bertumpu pula pada pengembangan lembaga keuangan mikro Syari'ah yaitu Baitul Maal wa Tamwil; Pondok Pesantren Al Amin Prenduan yang mendayagunakan ekonomi bahari di Pulau Madura, Pondok Pesantren Al Ittifaq Bandung yang mengembangkan budidaya agribisnis, Pondok Pesantren Arrisalah Ciamis yang mengembangkan perikanan dan masih banyak lagi yang lainnya. Oleh sebab itu keberadaan pondok pesantren selalu diterima oleh masyarakat, karena selalu membawa manfaat.Aktivitas para santri di dalam lingkup pondok pesantren sangat padat. Ada dua jenis kegiatan inti di dalam pesantren, pertama kegiatan ma'hadiyah yakni kegiatan yang diselenggarakan di lingkup pesantren seperti kajian kitab-kitab salaf yang diasuh langsung oleh pengasuh/kiai pesantren dan ustadz-ustadz senior, shalat berjamaah, shalat sunnah, istighotsah, tahfidz (hafalan), kegiatan bahtsul masa'il yaitu diskusi membahas permasalahan agama, dan banyak lagi. Kedua, kegiatan madrasiyah, adalah kegiatan belajar pengajar klasikal di dalam madrasah diniyah, yang memiliki jenjang pendidikan mulai ibtida'iyah (dasar), tsanawiyah/wustha (tengah) hingga aliyah/ulya (tinggi) dengan menerapkan kurikulum pesantren, seperti hukum Islam (fiqih), hadits, tafsir Al-Qur'an, gramatika bahasa Arab (nahwu-sharaf), akhlak, tasawuf sampai sastra Arab. Untuk menempuh keseluruhannya dibutuhkan bertahun-tahun lamanya. Belum lagi kegiatan kursus-kursus dan ekstra lainnya.Makanya aneh jika ada pihak yang mengkaitkan pondok pesantren dengan ekstremisme. Di pesantren tidak ada kurikulum merakit bom atau belajar menggunakan senjata api. Tuduhan ini mungkin karena pengetahuan yang bersangkutan tentang pesantren nihil. Atau bisa jadi akibat ulah segelintir kaum yang memanfaatkan kelonggaran mendirikan lembaga pesantren lalu dijadikan sebagai kedok untuk menyalurkan praktik beragama yang ekstrem. Pesantren model seperti ini umumnya tertutup dari masyarakat sehingga patut dikatakan pesantren "abal-abal", mendompleng nama besar institusi pesantren untuk kelompoknya yang segelintir.Pesantren yang keberadaannya tertutup dari masyarakat bukanlah pesantren yang sebenarnya, sebab pesantren yang hakiki berdirinya tidak lepas dari sumbangsih masyarakat, dibuktikan masyarakat sekitar yang mempercayakan buah hatinya dididik di Pesantren tersebut dan keberadaannya diakui oleh pemerintah setempat.Di pondok pesantren ajaran Islam disampaikan secara transformatif, bukan melalui doktrin. Diskusi dan kajian kitab yang berat pun disampaikan dengan suasana cair, diselingi humor dan tidak kaku. Di pesantren keragaman khazanah pendapat para ulama yang bertebaran dalam kitab-kitab ditelaah, sehingga para santri sedari awal sudah mengenal dengan perbedaan tafsir.Mayoritas Pondok Pesantren saat ini memiliki unit pendidikan formal, semua ini demi memenuhi kebutuhan masyarakat akan pentingnya pendidikan, meskipun ini sebenarya tanggung jawab negara. Banyak unit pendidikan formal didirikan secara mandiri oleh pondok pesantren mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Unit-unit pendidikan formal tersebut menggunakan kurikulum Pemerintah (Kementrian Agama atau Kementrian Pendidikan) sebagaimana umumnya. Tenaga pengajarnya kebanyakan dari masyarakat sekitar Pesantren.Pemerintah RI telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional, ini meneguhkan bahwa pondok pesantren tak hanya bagian dari Islam, tapi juga bagian dari Indonesia. Berkembangnya Islam di Indonesia tak

Memahami Hakikat Pondok Pesantren

admin 16-09-2023 364

Berkembangnya Islam di Indonesia tak bisa dipisahkan dengan keberadaan pondok pesantren. Lembaga pendidikan Islam Nusantara ini terus berkembang dengan aneka "varian", ada yang tradisional, ada yang modern, ada pula yang memadukan keduanya, namun tetap tidak meninggalkan akarnya, yakni menek... Lanjut Baca
Artikel   Tulisan Santri

Cara Melestarikan Alam dalam Agama Islam

admin 04-02-2024 221

Dalam pembahasan kali ini, akan dikaji tentang bagaimana pandanga Islam tentang cara melestarikan alam. Simak ulasannya baik-baik.ظهرالفساد فى البروالبحر بما كسبت ايدى الناس ليذيقهم بعض الذي عملوا لعلهم يرجعون“Telah tampak... Lanjut Baca
Artikel   Tulisan Santri







Pencarian

Tentang kami

diprakarsai berdirinya oleh KH. Abdul Ghofur dan KH. Syamsuddin yang juga merupakan Muassis pendiri Yayasan Pendidikan Islam Mamba'ul Ulum Margoyoso. berdiri dengan akta notaris NOMOR 17 TANGGAL 05 AGUSTUS 2016 Oleh MOHAMMAD REZA, S.H dengan Pengesah
Selengkapnya

Lokasi

Pondok Pesantren Darul Ulum Margoyoso


Aplikasi Administrasi Dan Uang Digital Santri

Sosmed